Sunday, February 23, 2014

MPASI Instant



Kami di AIMI mengadopsi ketentuan pemberian asupan bayi dan anak sesuai standar WHO yang juga diadopsi Pemerintah: pemberian makanan rumahan yang bahannya mudah didapat di sekitar kita.

Kalau kami memposisikan MPASI instant sejajar dengan Susu Formula. Bahaya? Beracun? Tidak, tapi gunakan sesuai tempatnya, sesuai protokolnya. MPASI instant dibuat, niat awalnya adalah untuk daerah-daerah krisis, kelaparan, kekeringan, daerah konflik, bencana dan sebagainya. Tapi setelah booming industri Sufor dan MPASI instant, cita-citanya bergeser. Karena pasarnya potensial, karena banyak ibu-ibu yang bekerja, jadi MPASI instant menjadi booming karena banyak yang tidak mau memasak untuk bayi. 

Saya punya pengalaman membesarkan anak di luar negeri. Tapi di Belanda pun pemberian MPASI instant tidak dianjurkan dokter lho, walau dijual bebas. Dan di sana sufor dan MPASI instant itu promosinya tidak ada. Di supermarket hanya menghuni pojok kecil supermarket, tidak mencolok. Dokter anak saya selalu menyarankan pemberian makanan rumah. Alasannya sederhana, anak ini nanti di usia setahun akan makan makanan rumah kan? Kenapa dia harus belajar makan dengan makanan instan? Ibu masih bisa ke pasar, atau supermarket? Ya sudah, berikan sumber-sumber makanan fresh dari sana. Kalau ada yang memilih MPASI instant, dokter punya kewajiban menjelaskan resikonya dan mendorong untuk MPASI rumahan.

Untuk daerah-daerah krisi yang saya sebutkan di atas pun, pemberian MPASI instant harus dengan pengawasan medis. Kenapa? Karena seperti halnya Sufor, MPASI instant kalau tidak dibuat dengan benar malah berbahaya karena tidak higienis, apalagi kalau air bersih sulit didapat. Nah informasi pemberian MPASI instant jika tidak diberikan dengan latar belakang yang lengkap akan misleading juga, sebagaimana informasi tentang susu formula.

Di AS, satu bayi mengkonsumsi 600 botol MPASI instant setahun dan angka ini cukup memprihatinkan untuk Pemerintahnya. Bahkan di program WIC-nya Pemerintah AS (The Special Supplemental Nutrition Program for Women, Infants and Children) Pemerintah AS lewat Departement of Agriculture meng-klaim bahwa banyak makanan instant bayi tidak cukup incredible karena fakta nutrisi yang ada di kemasan banyak yang dibuat-buat. Jadi di sana, Pemerintah selalu meng-encourage untuk pemberian MPASI rumahan.

Di Inggris juga demikian, 4 dari 5 bayi diberi makanan instant, sementara Pemerintah Inggris menyatakan bahwa, setiap tenaga medis harus mendorong pemberian makanan rumahan dan bukan makanan instant (Infant and Child Feeding Guidelines 2010).

Nahhh, yang terjadi di Indonesia tidak seperti di Amerika dan Inggris. Apakah dokter meng-encourage MPASI rumahan ketimbang MPASI instant? Tidak semuanya sayangnya. Jadi kalau informasi MPASI instant tidak dilengkapi dengan latar belakang yang cukup, jadinya akan menggiring semua orang ke MPASI instant, karena memang kelihatan lebih simple, mudah didapat dan iklannya promosinya yang super gencar di sini juga bisa menjerumuskan.

Padahal standar Infant Feeding WHO yang dianut Pemerintah tetap mengisyaratkan diberikan MPASI rumahan yang segar dan mudah didapat. Pelatihan Pemberian Makan bayi dan anak dari Kemenkes yang ditujukan untuk tenaga kesehatan pun demikian. Untuk keperluan edukasi, kita tetap selalu harus mengedepankan MPASI rumahan.

Kapan diberikan instant? Jika ada kondisi-kondisi di atas atau si ibu tidak punya akses ke pusat-pusat komersial seperti pasar, supermarket, warung, dan sebagainya. Bahkan di daerah-daerah terpencil dan bergizi buruk pun program Pemerintah sama: kader POSYANDU memberikan pengarahan tentang bagaimana membuat makanan rumahan yang sehat dan bergizi sambil membagikan bubuk tabur yang berisi suplemen vitamin dan mineral yang bisa ditaburkan di atas makanan, dan bukan membagikan makanan bayi instant.

Jadi silahkan disimpulkan sendiri bagaimana yaaa… saya yakin Anda semua adalah orang tua yang cerdas memilih :) *admin*