Kami di AIMI mengadopsi
ketentuan pemberian asupan bayi dan anak sesuai standar WHO yang juga diadopsi
Pemerintah: pemberian makanan rumahan yang bahannya mudah didapat di sekitar
kita.
Kalau kami memposisikan MPASI
instant sejajar dengan Susu Formula. Bahaya? Beracun? Tidak, tapi gunakan
sesuai tempatnya, sesuai protokolnya. MPASI instant dibuat, niat awalnya adalah
untuk daerah-daerah krisis, kelaparan, kekeringan, daerah konflik, bencana dan
sebagainya. Tapi setelah booming industri Sufor dan MPASI instant, cita-citanya
bergeser. Karena pasarnya potensial, karena banyak ibu-ibu yang bekerja, jadi
MPASI instant menjadi booming karena banyak yang tidak mau memasak untuk
bayi.
Saya punya pengalaman
membesarkan anak di luar negeri. Tapi di Belanda pun pemberian MPASI instant
tidak dianjurkan dokter lho, walau dijual bebas. Dan di sana sufor dan MPASI
instant itu promosinya tidak ada. Di supermarket hanya menghuni pojok kecil
supermarket, tidak mencolok. Dokter anak saya selalu menyarankan pemberian
makanan rumah. Alasannya sederhana, anak ini nanti di usia setahun akan makan
makanan rumah kan? Kenapa dia harus belajar makan dengan makanan instan? Ibu masih
bisa ke pasar, atau supermarket? Ya sudah, berikan sumber-sumber makanan fresh
dari sana. Kalau ada yang memilih MPASI instant, dokter punya kewajiban
menjelaskan resikonya dan mendorong untuk MPASI rumahan.
Untuk daerah-daerah krisi
yang saya sebutkan di atas pun, pemberian MPASI instant harus dengan pengawasan
medis. Kenapa? Karena seperti halnya Sufor, MPASI instant kalau tidak dibuat
dengan benar malah berbahaya karena tidak higienis, apalagi kalau air bersih
sulit didapat. Nah informasi pemberian MPASI instant jika tidak diberikan
dengan latar belakang yang lengkap akan misleading juga, sebagaimana informasi
tentang susu formula.
Di AS, satu bayi mengkonsumsi
600 botol MPASI instant setahun dan angka ini cukup memprihatinkan untuk Pemerintahnya.
Bahkan di program WIC-nya Pemerintah AS (The Special Supplemental Nutrition
Program for Women, Infants and Children) Pemerintah AS lewat Departement of
Agriculture meng-klaim bahwa banyak makanan instant bayi tidak cukup incredible
karena fakta nutrisi yang ada di kemasan banyak yang dibuat-buat. Jadi di sana,
Pemerintah selalu meng-encourage untuk pemberian MPASI rumahan.
Di Inggris juga demikian, 4
dari 5 bayi diberi makanan instant, sementara Pemerintah Inggris menyatakan
bahwa, setiap tenaga medis harus mendorong pemberian makanan rumahan dan bukan
makanan instant (Infant and Child Feeding Guidelines 2010).
Nahhh, yang terjadi di
Indonesia tidak seperti di Amerika dan Inggris. Apakah dokter meng-encourage
MPASI rumahan ketimbang MPASI instant? Tidak semuanya sayangnya. Jadi kalau
informasi MPASI instant tidak dilengkapi dengan latar belakang yang cukup,
jadinya akan menggiring semua orang ke MPASI instant, karena memang kelihatan
lebih simple, mudah didapat dan iklannya promosinya yang super gencar di sini
juga bisa menjerumuskan.
Padahal standar Infant
Feeding WHO yang dianut Pemerintah tetap mengisyaratkan diberikan MPASI rumahan
yang segar dan mudah didapat. Pelatihan Pemberian Makan bayi dan anak dari
Kemenkes yang ditujukan untuk tenaga kesehatan pun demikian. Untuk keperluan
edukasi, kita tetap selalu harus mengedepankan MPASI rumahan.
Kapan diberikan instant? Jika
ada kondisi-kondisi di atas atau si ibu tidak punya akses ke pusat-pusat
komersial seperti pasar, supermarket, warung, dan sebagainya. Bahkan di
daerah-daerah terpencil dan bergizi buruk pun program Pemerintah sama: kader
POSYANDU memberikan pengarahan tentang bagaimana membuat makanan rumahan yang
sehat dan bergizi sambil membagikan bubuk tabur yang berisi suplemen vitamin
dan mineral yang bisa ditaburkan di atas makanan, dan bukan membagikan makanan
bayi instant.
Jadi silahkan disimpulkan
sendiri bagaimana yaaa… saya yakin Anda semua adalah orang tua yang cerdas
memilih :) *admin*