Tuesday, August 14, 2012

168 Ways to Declutter Your Home, tweeted by @deelestari


Baru kali ini nemu buku Feng Shui yang gamblang menunjukkan relasi meditasi, kesadaran, dan bersih-bersih rumah!
Judul aslinya “168 Ways to Declutter Your Home”, tapi diterjemahkan jadi “168 Tip Feng Shui Praktis”. Misleading. Cuz it’s deeper than that.
Prinsipnya, rumah energi “Yang” lebih disukai makhluk hidup. Jadi jangan menumpuk energi “Yin” (sifatnya diam, stagnan). Manifestasinya? Clutter.
Clutter = barang lama, barang baru tapi tidak dipakai, informasi tidak terbaca, barang2 nostalgia yang tidak membahagiakan, dsb. Waspadai timbunannya!
Sampah kertas adlh pengisap energi yang tampak remeh tapi sangat berbahaya. Tumpukan majalah lama, koran tidak terbaca, tabloid gosip = energi negatif.
Barang rusak, piring/perabot retak, seberapa pun mahal… buang! Buku tidak terbaca… sumbangkan! Give space for fresh energy.
Lemari pakaian yang sehat hanya diisi 80% saja. Ada ruang “bernapas” 20%. Jika sudah penuh sesak, segera pilih yang tidak terpakai dan sumbangkan.
Cek isi komputer kita. File dan email yang sudah tidak terpakai… buang. Bukan cuma komputer yang lega, pikiran kita pun ikut de-cluttered.
Golden rule buat org yang gak bisa buang barang: if you haven’t used it for a year, most probably you won’t ever use it anyway.
Dg rutin de-clutter rumah, jiwa rumah jadi sehat dan hidup. Efek positifnya adlh berbagi buat yang lebih membutuhkan.
Hidup org modern identik dengan membeli & menumpuk barang. Ketika kita rajin de-clutter, kita jg jadi lebih selektif utk mengonsumsi barang baru.
Barang nostalgia: foto, diary, suvenir, dsb, masih oke disimpan jika barang tsb msh membawa kebahagiaan utk kita, bukan kenangan sedih.
Yang perlu disadari adlh relasi mental/fisik kita dg barang2 di skitar kita. Pdhl semua itu berhubungan erat & bersebab akibat.
Waktu kita memutuskan utk beli sebuah barang, it was caused by our perception. So that item is actually a product of our mind.
Karenanya, jika kita de-clutter barang2 tak terpakai/sampah di skitar kita, sebetulnya kita pun sedang membersihkan mental/fisik kita.
1. Tip utk mulai de-clutter: mulai sedikit2. Mulai dr ruangan yang kurang penting dulu hingga yang penting.
2. Pilah: mana yang dibuang, disimpan, dan disumbang. Lemari cuma boleh penuh 80%.
3. Area yang wajib clutter-free: tangga dan dekat pintu. Krn itu jalur aliran energi. Meja kerja yang rapi pacu produkitaivitas.
4. Cara praktis datangkan energi “Yang”: cahaya & udara. So, matahari & aliran udara penting utk semua ruang. Termasuk gudang, sekali2 dibuka.
Demikian berbagi tips Feng Shui dari bukunya Lillian Too. Dijual kok di Gramedia,dsb. Recommended! Selamat de-clutter!

"Family Dance" by Alissa Wahid


Kemarin pagi dalam flight, saya ketemu dgn 3 keluarga yang terjebak Family Dance. Semua dgn anak balita. Seru & mengganggu
di seberang saya, anak umur 2 tahunan ngamuk karena Ibunya diminta menutup iPad oleh pramugari. Jadi deh Family Dance
Di sebelah persis, anak usia 5tahunan marah krn ibunya mengabaikan perintahnya utk berhenti membaca.

Family Dance ini istilah Dr. Rob MacKenzie utk menggambarkan power-struggle (rebutan kendali) antara orangtua dg anak.

Anak berulah, ayah berusaha hentikan, anak menolak, ayah berusaha mengendalikan, anak tantrum, ayah marah.
Karena proses tarik-ulur gantian tanpa ada solusi dan bikin semua pihak frustrasi inilah, makanya disebut Family Dance
Contoh: “adik, iPadnya ditutup dulu ya” | “Nggak mau!” pegangin iPad | “tapi ini sdh mau terbang” | “Hwaaa!”
“Nanti dimarahin pramugarinya lho” narik iPad | “Nggaaaaak!” anak njerit ngekep iPad | “Adik!” nada marah.
anak nangis, iPad dikekep. | “Mbak2, ini tolong dimarahi nih gak mau matiin iPadnya” | anak menjerit.
Sepesawat pusing. Mulai byk suara “ssh!”. Ibu makin panik, anak makin rewel. Capek nggak ngikutin Family Dance ini?
Selesainya? Pramugari bawain mainan, si adik seneng, iPad ditarik ibu. || Kita pasti sering ketemu Family Dance spt ini.
Family Dance terjadi krn orangtua tak mampu mengambil kendali atas perilaku anak. Bukannya berhenti, malah jadi mbulet.
Prinsip membuat aturan: anak membutuhkan rules & regulations yg JELAS, TEGAS, dan KONSISTEN diterapkan ortu.
Contoh batas jelas: “Kalau lampu sabuk sdh menyala, semua gajet dimatikan” “Jam 5 sore sudah selesai mandi”
Contoh rules yg tegas: “Kalau jam 5 belum mandi, tdk nonton TV sampe tidur” “Kalau merengek di mall, kita pulang.”
Perhatikan, aturan yg tegas utk anak berisi konsekuensi yg terjadi kalau aturan dilanggar. Ini yg sering terlupa.
Byk orangtua yg membuat aturan, tapi tanpa konsekuensi yang jelas, sejak awal. Ini bibit power-struggle.
RT @PrincessAy: aturan begini gak sama dg ancaman ya?
Kalau sejak awal & rasional, tidak mbak. Fokus ke privilege, bukan needs.
Aturan yg konsekuen artinya orangtua disiplin utk menjalankan aturan itu. Tdk tergantung mood. Apalagi omdo.
Dalam Family Dance, tidak ada batas yg jelas, tegas, dan konsekuen dari orgtua. Anak jadi tak punya pegangan & akan coba2.
Yg terjadi dlm Family Dance, orgtua menegur, menceramahi, mengomel, menyuruh, memarahi, tanpa kejelasan aturan utk anak.
Padahal prinsip pengasuhan anak: Actions Speak Louder Than Words, krn anak berpikir dr pengalaman kongkrit. 
Untuk ambil alih kendali saat anak sedang berulah dan hindari Family Dance, kuncinya: Clear Words + Effective Actions.
Perilaku anak akan berubah kalau ada tindakan yg mengubah situasi. Memarahi, menceramahi tidak mengubahnya.
Saat anak berulah, banyak kata seperti membujuk & ‘meminta baik2’ justru tdk efektif. Maka perlu aturan awal.
Anak memukul. | “Stop. Kita kan sepakat tdk memukul” | Anak menangis | “Stop menangis, atau kita ke mobil skrg”
Anak masih menangis. | “Oke kita ke mobil skr sampai kakak tenang.” | Anak menjerit | Angkat anak ke mobil.
Oya, ortu perlu tunjukkan sikap tenang & matang saat anak berulah. Nada rendah, cool, tdk panik/terpengaruh.
Problemnya tidak pernah anak, tetapi orang dewasa yang ada di sekitar anak itu. Ingat2 paradigma ini.
Kalau orgtua pegang kendali & kepemimpinan saat anak berulah, maka Family Dance bisa dihindarkan, atau dipendekkan.
Anak2 yg terlatih ikuti aturan yg jelas, tegas, & konsekuen; akan tumbuh mjd org yg mampu kendalikan diri.
Rules & Regulations yg bertumpu pd anak bisa efektif dilakukan di usia >3th. Sebelum itu murni aksi-konsekuensi.
Contoh: anak usia < 3th memukul, lgs hentikan. Lihat matanya, pegang tangannya, dgn nada rendah; “berhenti memukul”
Lalu segera alihkan perhatiannya dg hal lain, atau singkirkan dari ‘crime-scene’ sbg distraksi. Hindari menceramahi.
Anak membutuhkan rules & regulation yg efektif, krn ia butuh security atas apa hal yg dapat diandalkan dlm hidupnya.
RT @Shinod0912: Tp memang yg paling berat itu harus konsekuen. Sekali diberi kelonggaran, menata ulang semuanya dr awal.
Tadi ada yg mention kalau anak yg suka mukul, dipukul tangannya boleh nggak? Jelas nggak boleh krn conflicting messages.
Sama konteks dg orgtua yg suka bilang ‘mejanya nakal ya?!’ waktu anak kejeduk, trs mejanya dipukul. Bibit memukul, itu.
Sekian soal Family Dance ya, tweman2. Semoga sharingnya bermanfaat *coret dari daftar utang topik keluarga*

Sunday, August 12, 2012

Nafkah


Hampir tidak ada lelaki yang nyaman saja bila tidak bisa memberi#nafkah keluarganya, seegaliter apapun dia.

Jadi hilangkan dulu anggapan bahwa suami tdk bs beri #nafkah krn "suami saya malas" atau "suami saya kurang tanggungjawab"

Percaya tak, kadang2 istri lho yg berkontribusi membuat suami nggak bisa mencapai impiannya mjd pencari #nafkah yg baik?

Riset: lelaki butuh merasa berharga. Memberi #nafkah keluarga, adalah cara terpenting ia meraih penghargaan itu. Penting!

Dg memberi #nafkah pd keluarga, ia mjd lelaki hebat. Membahagiakan istri & anak, aman di mata mertua & dikagumi sekitar.

Ketika kondisi sdg buruk & ia tak cukup memberi #nafkah, lelaki akan tertekan oleh tuntutannya pd diri sdr. Tak berdaya.

Ingat kan rumus dasar bahwa Lelaki butuh Respek, Perempuan butuh Cinta? Tanpa syarat semua lho itu ya.

Perempuan butuh merasa dicintai, walaupun (baca: terutama) saat ia sdg merasa nyebelin, sensitif & tdk lovable.

Lelaki butuh respek tanpa syarat dr istri. Apalagi (baca: terutama) saat ia sedang merasa lemah & tak berharga.

Saat terpuruk soal #nafkah, respek dr istri adl modal utama utk ia bisa bergerak & berusaha. Sayang byk istri tak paham.

Banyak istri (dg semangat memotivasi) menuntut suami utk "ngapain kek yg penting usaha" saat suami sdg stres soal #nafkah

Istri sih tak salah krn berharap suami bangkit kembali. Tetapi caranya membuat suami makin merasa tak direspek.

Apalagi kl istri smp ngomel2 krn merasa suami mengabaikan tanggungjawab, justru memperburuk percaya diri suami.

Makin tdk PD, makin ngelokro, makin tdk bisa keluar dr kubangan rasa tak berharga: makin susah suami bangkit. 

Makanya bu, jangan terbalik jd "Buktikan dulu dong!" alias menuntut dia bangkit dulu, baru kita kasih respek.

Give and take, not: take and give. Memberi (respek) dulu, baru mengambil hak (#nafkah). Bukan membiar-biarkan lho ya

contoh sikap tdk respek: "Papa mbok jgn di rumah aja, kerja apa kek" | "Sbg lelaki, kamu itu WAJIB lho cari #nafkah!"
contoh brutal: "Aku yg cari nafkah, jd Ayah gak usah ngatur2 aku." | "Aku nyesel nikah sama Abi" | "Bisanya males2an!"

Lalu baiknya bgmn? Berikanlah apa yg paling dibutuhkan suami: keyakinan kita bahwa ia punya modal & bisa bangkit.

Sampaikan: "dulu kan Ayah sdh pernah ngalamin, bisa ngelewatin, skrg jg pasti bisa" | "kita hadapi bareng ya Pah"

Bilang: "Abi punya banyak skill, kita cari yuk apa yg bisa kita bisniskan" | "Makasih ya Yah, msh berusaha terus.”

Jaga situasi rumah agar tdk makin membuat suami makin stres. Berikan tugas ringan yg cukup agar ia tetap aktif.

Banyak2lah mengapresiasi suami saat ia lakukan sesuatu. Mis. "untung ada Mas, lemari2 jadi beres." Itu respek.

Ehm, kamar tidur juga strategi mendukung suami lho bu. Biasanya stres membuat banyak energi perlu disalurkan.

Kl istri fokus mendukung dg respek, suami lebih mudah melihat ujian#nafkah sbg batu loncatan, bukan batu sandungan.

Kl suami merasa berharga di mata orang yg paling dicintai, dia jadi PD, mampu menerjang badai demi #nafkah keluarganya.

Lalu suami bahagia dg prestasinya memberi #nafkah, istri bahagia dg security-nya, anak2 berkembang dg orangtua yg bahagia.

......and they lived happily ever after, God willing......