Kemarin pagi dalam flight, saya ketemu dgn 3 keluarga yang terjebak Family Dance. Semua dgn anak balita. Seru & mengganggu
di seberang saya, anak umur 2 tahunan ngamuk karena Ibunya diminta menutup iPad oleh pramugari. Jadi deh Family Dance
Di sebelah persis, anak usia 5tahunan marah krn ibunya mengabaikan perintahnya utk berhenti membaca.
Family Dance ini istilah Dr. Rob MacKenzie utk menggambarkan power-struggle (rebutan kendali) antara orangtua dg anak.
Family Dance ini istilah Dr. Rob MacKenzie utk menggambarkan power-struggle (rebutan kendali) antara orangtua dg anak.
Anak berulah, ayah berusaha hentikan, anak menolak, ayah berusaha mengendalikan, anak tantrum, ayah marah.
Karena proses tarik-ulur gantian tanpa ada solusi dan bikin semua pihak frustrasi inilah, makanya disebut Family Dance
Contoh: “adik, iPadnya ditutup dulu ya” | “Nggak mau!” pegangin iPad | “tapi ini sdh mau terbang” | “Hwaaa!”
“Nanti dimarahin pramugarinya lho” narik iPad | “Nggaaaaak!” anak njerit ngekep iPad | “Adik!” nada marah.
anak nangis, iPad dikekep. | “Mbak2, ini tolong dimarahi nih gak mau matiin iPadnya” | anak menjerit.
Sepesawat pusing. Mulai byk suara “ssh!”. Ibu makin panik, anak makin rewel. Capek nggak ngikutin Family Dance ini?
Selesainya? Pramugari bawain mainan, si adik seneng, iPad ditarik ibu. || Kita pasti sering ketemu Family Dance spt ini.
Family Dance terjadi krn orangtua tak mampu mengambil kendali atas perilaku anak. Bukannya berhenti, malah jadi mbulet.
Prinsip membuat aturan: anak membutuhkan rules & regulations yg JELAS, TEGAS, dan KONSISTEN diterapkan ortu.
Contoh batas jelas: “Kalau lampu sabuk sdh menyala, semua gajet dimatikan” “Jam 5 sore sudah selesai mandi”
Contoh rules yg tegas: “Kalau jam 5 belum mandi, tdk nonton TV sampe tidur” “Kalau merengek di mall, kita pulang.”
Perhatikan, aturan yg tegas utk anak berisi konsekuensi yg terjadi kalau aturan dilanggar. Ini yg sering terlupa.
Byk orangtua yg membuat aturan, tapi tanpa konsekuensi yang jelas, sejak awal. Ini bibit power-struggle.
RT @PrincessAy: aturan begini gak sama dg ancaman ya?
Kalau sejak awal & rasional, tidak mbak. Fokus ke privilege, bukan needs.
Aturan yg konsekuen artinya orangtua disiplin utk menjalankan aturan itu. Tdk tergantung mood. Apalagi omdo.
Dalam Family Dance, tidak ada batas yg jelas, tegas, dan konsekuen dari orgtua. Anak jadi tak punya pegangan & akan coba2.
Yg terjadi dlm Family Dance, orgtua menegur, menceramahi, mengomel, menyuruh, memarahi, tanpa kejelasan aturan utk anak.
Padahal prinsip pengasuhan anak: Actions Speak Louder Than Words, krn anak berpikir dr pengalaman kongkrit.
Untuk ambil alih kendali saat anak sedang berulah dan hindari Family Dance, kuncinya: Clear Words + Effective Actions.
Perilaku anak akan berubah kalau ada tindakan yg mengubah situasi. Memarahi, menceramahi tidak mengubahnya.
Saat anak berulah, banyak kata seperti membujuk & ‘meminta baik2’ justru tdk efektif. Maka perlu aturan awal.
Anak memukul. | “Stop. Kita kan sepakat tdk memukul” | Anak menangis | “Stop menangis, atau kita ke mobil skrg”
Anak masih menangis. | “Oke kita ke mobil skr sampai kakak tenang.” | Anak menjerit | Angkat anak ke mobil.
Oya, ortu perlu tunjukkan sikap tenang & matang saat anak berulah. Nada rendah, cool, tdk panik/terpengaruh.
Problemnya tidak pernah anak, tetapi orang dewasa yang ada di sekitar anak itu. Ingat2 paradigma ini.
Kalau orgtua pegang kendali & kepemimpinan saat anak berulah, maka Family Dance bisa dihindarkan, atau dipendekkan.
Anak2 yg terlatih ikuti aturan yg jelas, tegas, & konsekuen; akan tumbuh mjd org yg mampu kendalikan diri.
Rules & Regulations yg bertumpu pd anak bisa efektif dilakukan di usia >3th. Sebelum itu murni aksi-konsekuensi.
Contoh: anak usia < 3th memukul, lgs hentikan. Lihat matanya, pegang tangannya, dgn nada rendah; “berhenti memukul”
Lalu segera alihkan perhatiannya dg hal lain, atau singkirkan dari ‘crime-scene’ sbg distraksi. Hindari menceramahi.
Anak membutuhkan rules & regulation yg efektif, krn ia butuh security atas apa hal yg dapat diandalkan dlm hidupnya.
RT @Shinod0912: Tp memang yg paling berat itu harus konsekuen. Sekali diberi kelonggaran, menata ulang semuanya dr awal.
Tadi ada yg mention kalau anak yg suka mukul, dipukul tangannya boleh nggak? Jelas nggak boleh krn conflicting messages.
Sama konteks dg orgtua yg suka bilang ‘mejanya nakal ya?!’ waktu anak kejeduk, trs mejanya dipukul. Bibit memukul, itu.
Sekian soal Family Dance ya, tweman2. Semoga sharingnya bermanfaat *coret dari daftar utang topik keluarga*
No comments:
Post a Comment